Oleh Wic2020 - id.wp, CC BY-SA 3.0, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=4440196
Oleh Wic2020 – id.wp, CC BY-SA 3.0, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=4440196

FITRAH.SCH.ID – Anugrah terbesar bagi sebuah wilayah adalah memiliki potensi keindahan alam yang luar biasa. Terbentang mengintari pantai sepanjang utara hingga selatan pulau jawa, bukit dan pegunungan yang subur, air terjun yang mengalir deras, sungai panjang yang berliku, gunung tertinggi keempat di Indonesia, laut yang tak habis memberikan berkah, hingga keanekaragaman lanskap menjadi karunia dari sang Maha Kuasa yang telah menghidupi warga Jawa Timur dari masa ke masa. Gunung bromo dan semeru, pantai gili, danau ranu kumbolo, air terjun tumpak sewu adalah segilintir potensi alam yang telah menjadi sumber pendapatan daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi warganya. Atas dasar itulah, tak heran jika Jawa Timur menjadi destinasi unggulan nasional.

Namun, satu hal yang perlu kita pahami bahwa potensi bukan hanya dari alam. Kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang telah berkembang pesat, juga menjadi faktor kunci penompang dan keberhasilan Jawa Timur. Siapa yang akan mengenal ranu pani jika tidak ada masyarakat dan mahasiswa yang mempromosikannya. Mungkin saat ini kita juga tidak akan melihat alas purwo, tanpa masyarakat adat yang tak pernah absen merawatnya. Bahkan, kita tidak akan bisa menikmati wisata madakaripura, jika masyarakat abai untuk melestarikannya. Artinya, potensi sesungguhnya yang dimiliki Jawa Timur bukan pada alam, melainkan masyarakat yang memegang teguh budaya dalam menyonsong peradaban.

Wisata bukan hanya soal alam dan membuat taman hiburan, melainkan juga merawat peradaban menjadi satu pilar keberlanjutan. Bukan sekedar retorika, pariwisata berbasis ilmu dan budaya bisa menjadi pembeda yang kuat di tengah tren wisata yang semakin global dan seragam. Memberikan pengalaman untuk wisatawan berupa cerita sejarah suatu wilayah, menyajikan bukti penginggalan penjajah dengan berbagai macam intrik didalamnya, serta seni pertujukan yang menggambarkan identitas budaya merupakan potensi baru yang perlu digali lebih. Aset potensi wisata keilmuan dan budaya dibuktikan dengan lembaga pendidikan, museum, pesantren, dan pusat kebudayaan yang banyak tersebar di seluruh wilayah Jawa Timur. Sayangnya, memang belum dikemas secara maksimal.

Tulisan merupakan dukungan bahwa dalam membangun sebuah industri pariwisata, tidak lepas dari ilmu dan budaya. Mengapa? Setiap destinasi wisata yang telah kita nikmati saat ini ditopang oleh masyarakat yang berperadaban, memegang teguh kebudayaan atas sejarah intelektual dan budaya yang panjang. Gagasan ini mempromosikan serta mengajak masyarakat untuk senantiasa mengedepankan wisata berbasis ilmu dan kebudayaan yang menjadi ciri khas dan potensi Jawa Timur menjadi pelopor pengembangan pariwisata berkelanjutan.

Ragam Wisata Ilmu di Jawa Timur

Konsep wisata keilmuan merupakan bentuk pariwisata yang mengedepankan nilai-nilai edukatif dan peningkatan wawasan bagi penikmatnya. Sebenarnya, tanpa disadari, konsep ini telah berkembang dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari julukan Jawa Timur sebagai provinsi yang menjadi pusat institusi pendidikan, pusat penelitian, dan situs bersejarah yang menyimpan banyak pengetahuan. Wisatawan tidak hanya datang untuk melihat, tetapi juga untuk belajar secara langsung dari sumbernya. Dengan demikian, wisata keilmuan menjadi jembatan antara rekreasi dan pendidikan yang saling memperkaya.

Salah satu bentuk nyata wisata keilmuan adalah kunjungan pusat edukasi seperti Planetarium Taman Remaja Surabaya, Eco Green Park di Batu, atau Balai Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya Purwodadi di Pasuruan. Destinasi tersebut tidak hanya menyuguhkan pemandangan yang indah, melainkan juga pengalaman belajar interaktif seputar sains, lingkungan, dan teknologi. Kegiatan observasi bintang, simulasi ekosistem, hingga pelatihan bioteknologi menjadi bagian dari wisata yang membuka cakrawala baru bagi wisatawan.

Tak hanya itu, Jawa Timur juga sudah lama dikenal sebagai pusat perkembangan ilmu sosial dan humaniora melalui museum, pusat arsip, dan peninggalan budaya. Museum Panji di Malang yang menyuguhkan kisah epik Nusantara dalam bentuk narasi budaya dalam memperkaya literasi sejarah bangsa. Contoh lain, Museum Angkut di Kota Batu yang memperkenalkan sejarah transportasi dunia dengan konsep tematik dan atraktif. Ragam kebudayaan seperti, Jember Fashion Karnival, Gandrung, Reog Ponorogo dan Kerapan sapi menjadi contoh kebudayaan tak benda yang membuktikan dan memperkuat provinsi Jawa Timur sebagai pelopor wisata edukatif di Indonesia.

Secara ekonomi, berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur, kunjungan wisatawan ke wisata edukatif mencapai 3 juta orang per tahun. Tentu hal ini adalah potensi yang besar apalagi jika disambut dengan sinergi lintas sektor. Pemerintah daerah, akademisi, komunitas, dan pelaku usaha bisa berkolaborasi dalam menghadirkan wisata edukatif yang tidak hanya relevan melalinkan juga futuristik. Misalnya, dengan mengembangkan wisata berbasis STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) atau wisata berbasis riset dan inovasi lokal.

Wisata Religi Berbasis Sejarah dan Spritual

Tak sedikit kota/kabupaten di Jawa Timur yang mengklaim diri sebagai Kota Santri. Secara historis, provinsi pelopo ini sarat dengan sejarah dakwah dan peradaban Islam Nusantara. Banyak ulama besar dan berpengaruh lahir di Jawa Timur. Setiap tahunnya, banyak peziarah dari berbagai wilayah di Indonesia datang untuk melakukan ziarah wali dan pondok pesantren. Fenomena wisata ziarah menjadi sangat populer di kalangan masyarakat Muslim.

Ziarah ke makam wali songo atau tokoh ulama besar bukan hanya sekadar perjalanan spiritual, tetapi juga pembelajaran sejarah tentang penyebaran Islam yang moderat dan berakar pada budaya lokal. Nilai toleransi, pendidikan, dan kebhinekaan disampaikan secara hidup melalui narasi sejarah. Lebih dari itu, Jawa Timur juga memiliki banyak pondok pesantren besar yang membuka diri sebagai destinasi edukatif dan spiritual. Pondok-pondok seperti Tebu Ireng (Jombang), Langitan (Tuban), dan Lirboyo (Kediri) tidak hanya mencetak ulama dan cendekiawan Muslim, tetapi juga menarik perhatian masyarakat yang ingin memahami Islam dari sumber otoritatifnya. Inilah yang menjadikan wisata keislaman di Jawa Timur begitu khas dan relevan dalam konteks pembangunan karakter bangsa.

Kawasan religi Sunan Ampel di Surabaya adalah contoh wisata religi yang populer di Jawa Timur. Setiap tahun, kawasan ini dikunjungi oleh jutaan peziarah, terutama saat bulan Ramadan dan bulan Maulid. Kompleks ini bukan hanya makam, tetapi juga pusat ekonomi syariah lokal, dengan ratusan toko menjual perlengkapan ibadah, buku Islam, hingga kuliner. Ini membuktikan bahwa wisata religi juga mampu menggerakkan roda perekonomian masyarakat sekitar.

Contoh lain yaitu Pesantren Tebuireng di Jombang. Selain dikenal sebagai tempat dimakamkannya para tokoh besar Nahdatul Ulama, tetapi juga memiliki museum dan pusat dokumentasi Islam Nusantara. Pesantren ini menerima kunjungan dari wisatawan, pelajar, bahkan peneliti yang ingin mendalami sejarah dan pemikiran tokoh-tokoh Islam Indonesia.

Potensi wisata yang sarat ilmu dan refleksi spiritual di Jawa Timur saat ini dapat terus berkembang melalui strategi terpadu antara promosi yang ramah, inklusif, pelestarian situs sejarah, serta pengembangan kawasan berbasis syariah. Dengan cara ini, wisata keislaman bukan hanya menjadi ruang kontemplatif, tetapi juga media diplomasi budaya yang moderat ke dunia internasional. Olehkarena itu, Jawa Timur memiliki semua fondasi untuk menjadi pusat wisata religi yang maju namun tetap menjaga nilai-nilai luhur keislaman.

Pusat Studi dan Wisata Sejarah Nasional

Jawa Timur merupakan saksi bisu dari berbagai peradaban besar yang pernah berjaya di Nusantara. Dari masa kerajaan Hindu-Buddha, masa kejayaan Islam, hingga era kolonial. Dalam sejarahnya, Jawa Timur menyimpan jejak sejarah yang amat kaya. Setiap periode meninggalkan warisan yang dapat menjadi sumber pembelajaran lintas generasi. Warisan tersebut hadir dalam bentuk candi, manuskrip kuno, arsitektur, situs arkeologi, hingga artefak budaya yang masih dapat dijumpai hingga kini.

Candi-candi seperti Candi Penataran di Blitar, Candi Jawi di Pasuruan, dan Candi Singosari di Malang adalah peninggalan dari Kerajaan Kediri dan Singhasari yang memperlihatkan kejayaan peradaban Jawa kuno. Selain itu, situs Trowulan di Mojokerto merupakan salah satu kawasan bersejarah terbesar di Indonesia yang menyimpan reruntuhan Kerajaan Majapahit. Situs ini tidak hanya menyimpan peninggalan fisik, tetapi juga menjadi simbol kebesaran nusantara yang dulu menjadi pusat kekuasaan maritim dan budaya.

Peninggalan sejarah menyimpan identitas dan kebanggaan bangsa Indonesia. Melalui pelestarian dan pengemasan yang baik, tentunya sebuah situs sejarah dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata edukatif, menarik, dan bermakna. Dalam konteks ini, sejarah menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan, serta menjadi sumber inspirasi untuk membangun karakter bangsa yang kuat dan berakar pada budaya luhur.

Wisata ikonik peninggalan sejarah di Jawa Timur salah satunya adalah Situs Trowulan Mojokerto. Situs ini diyakini sebagai ibu kota Kerajaan Majapahit yang berhasil memperluas kekuasaannya ke seluruh Nusantara. Di situs ini terdapat struktur kuno seperti Gapura Wringin Lawang, Candi Tikus, dan kolam segaran yang menggambarkan kemajuan tata kota dan sistem irigasi pada masa lampau. Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) mencatat bahwa kunjungan wisata khususnya pelajar dan peneliti meningkat setiap tahunnya. Tak heran jika situs ini disebut sebagai “Pompeii-nya Jawa” karena kekayaan arkeologinya.

Museum Majapahit juga menyimpan ribuan artefak dari masa Hindu-Buddha, termasuk keramik, prasasti, senjata, dan alat rumah tangga kuno. Museum ini tidak hanya menyajikan benda bersejarah tetapi juga menyuguhkan narasi kebudayaan yang terstruktur, sehingga menjadi tempat yang sangat mendidik bagi wisatawan. Dukungan dari pemerintah daerah, komunitas lokal, serta sinergi pendidikan akan memperkuat posisi Jawa Timur sebagai pusat wisata sejarah nasional. Dengan demikian, sejarah tidak hanya menjadi pelajaran di buku, tetapi juga pengalaman nyata yang dapat membentuk jati diri bangsa.

Pelopor Wisata Berbasis Keilmuan dan Kebudayaan

Jawa Timur tidak hanya dikenal atas lanskap alam yang memukau, tetapi juga karena peran strategisnya sebagai provinsi yang berilmu dan berbudaya. Kombinasi antara kecintaan terhadap ilmu dan pelestarian budaya menjadikan Jawa Timur sebagai motor penggerak peradaban di Indonesia.

Secara kebudayaan, masyarakat Jawa Timur senantiasa melestarikan dan menjaga adat istiadat, kesenian tradisional, hingga filosofi hidup kaya akan makna. Keunggulan inilah yang istimewa: Jawa Timur mampu menyandingkan modernitas tanpa meninggalkan akar budayanya. Dalam konteks globalisasi dan disrupsi digital, kemampuan menjaga keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan budaya lokal adalah modal penting untuk menghadapi tantangan masa depan.

Menjaga warisan sejarah dan mengembangkan ilmu pengetahuan adalah tanggung jawab bersama. Pemerintah, akademisi, pelajar, pelaku wisata, hingga masyarakat umum harus berkolaborasi merawat peninggalan sejarah dan mengemasnya menjadi sumber ilmu yang menarik dan berkelanjutan, serta mempromosikannya sebagai salah satu potensi industri wisata yang menjanjikan. Tanpa pelestarian yang serius, situs sejarah akan tergeser dengan wisata lain yang lebih modern.

Promosi wisata yang berbasis ilmu dan budaya juga perlu dilakukan dengan cara yang relevan dan kreatif. Teknologi digital seperti virtual tour, augmented reality, serta media sosial bisa menjadi sarana ampuh untuk mengenalkan warisan Jawa Timur kepada generasi muda dan dunia internasional. Pelibatan komunitas lokal dalam narasi sejarah dan pengelolaan wisata juga akan memperkuat rasa memiliki dan menjaga keberlangsungan nilai-nilai budaya.

Jawa Timur Berilmu dan Berbudaya

Kini saatnya Jawa Timur mengambil peran strategis sebagai gerbang baru Nusantara, sebuah titik temu antara masa lalu dan masa depan melalui jalur ilmu dan budaya. Potensi yang dimiliki Jawa Timur sangat besar, mulai dari pegunungan yang menawan, pesantren yang mencetak cendekiawan, hingga candi dan situs sejarah yang membuktikan kemajuan peradaban. Semua ini bisa menjadi satu kesatuan yang menguatkan identitas Jawa Timur sebagai destinasi wisata yang utuh dan bermakna.

Perjalanan menuju peradaban besar tidak hanya ditandai oleh gedung tinggi atau kota modern, tetapi juga oleh penghargaan terhadap ilmu dan budaya. Jawa Timur telah memiliki modal itu, tinggal bagaimana kita semua—masyarakat, pemerintah, akademisi, hingga pelaku wisata—bersinergi mewujudkannya. Dengan mempromosikan wisata berbasis ilmu dan budaya, Jawa Timur bisa menjadi inspirasi bagi daerah lain dan bahkan dunia.

Mari kita jadikan Jawa Timur bukan sekadar tujuan wisata, tetapi rumah besar yang menyambut siapa saja untuk belajar, memahami sejarah, dan merasakan kekayaan budaya Indonesia. Inilah saatnya menyuarakan semangat baru: Jawa Timur, Gerbang Baru Nusantara menuju Wisata Ilmu dan Budaya.

 

Artikel ini diikutsertakan dalam event “Lomba Menulis Potensi Lokal Jawa Timur” yang diselenggarakan oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Jawa Timur.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like

Contoh Poster Pendidikan

FITRAH.SCH.ID – Mungkin kamu sedang mencari Contoh poster pendidikan untuk tugas sekolah,…

Kumpulan Tokoh Pelopor Paradigma Kontruktivisme

FITRAH.SCH.ID – Paradigma konstruktivisme merupakan salah satu paradigma pembelajaran yang banyak diterapkan…

Mengasah Kemampuan Literasi Anak Melalui Kegiatan Menulis Kreatif

FITRAH.SCH.ID – Pendidikan merupakan fondasi penting dalam membentuk karakter dan kemampuan anak-anak,…

Ajaran Ki Hajar Dewantara dan Relevansinya

FITRAH.SCH.ID – Ki Hajar Dewantara merupakan tokoh yang berjasa bagi pendidikan Indonesia,…